Minggu, 27 Januari 2008

P E R A S A A N I N I ............................

Perasaan ini, membuatku tersiksa!! (1 - awal)
"ceritanya agak mellow... memang tujuannya mau bikin yang romantis gitu... tapi kayaknya jadi aneh...;b plis commant "

Dia, yang dulu selalu ada didekatku. Dia, yang dulu selalu tertawa bersamaku. Dia, yang dulu selalu bermain denganku. Tapi sekarang, dia jadi begitu jauh. Dan dia berpacaran dengan teman baikku, Lila.Dan itu membuatku semakin takut pada rasa ini.
Aku tak tahu kenapa, setiap kali kami berpapasan, mata kami tak pernah bertemu. Kami satu sekolah, satu kelas, kami bahkan bertetangga. Tapi dia terasa begitu jauh dari jangkauanku. Entah sejak kapan aku menyukainya. Tapi dia tak penah peduli padaku. Dan karena itu pula aku berusaha untuk tak perduli padanya.
Istirahat ini, kuhabiskan untuk diam di kelas. Bukan karena aku tak punya uang untuk jajan, tapi aku tahu, mereka berdua pasti masih berada di kantin sekarang.
“Ga, lusa kita ke pantai, yuk! Rame-rame…,” Aku tersenyum senang. Ke pantai. Lumayan juga untuk menghibur hati. Daripada pusing-pusing terus memikirkannya.
“Boleh. Siapa-siapa aja yang ikut?” Tanyaku senang. Kiki, teman sebangkuku, menengadah. Seperti berusaha untuk megingat siapa-siapa saja yang sudah di ajaknya pergi.
“Hmm…, hampir setengah kelas ikut, kok!”
Deg! Aku diam. Jadi benar-benar diam. Kalau hampir setangah kelas, bukan tak mungkin mereka berdua ikut.
“Kayaknya seru, lho! Ikut, ya…”
Aku sudah tak bisa lagi mendengar suara itu. Hanya sayup-sayup yang terdengar. Karena sekarang ini, pemandangan di depanku terlihat begitu menyakitkan. Dua sejoli itu mamasuki kelas dengan senyum lebar. Terlihat mereka begitu senang. Entah aku salah lihat atau tidak, mata itu, menoleh ke arahku. Tapi aku langsung menunduk.
“Ga, ikut gak?” Tanya Kiki masih penasaran. Aku bingung. Haruskah aku mengangguk, atau menggeleng.
“GAK!!” Aku terkejut mendengar suaraku. Sebegitu terlukanyakah aku?
“Kau kenapa?” Tanya Kiki khawatir. Semua menatapku ingin tahu, termasuk dia. Aku menunduk, dan menggeleng. Aku begitu takut melihatnya. Aku takut aku akan lebih terluka dari ini jika melihatnya.
***
Kami mengadakan perkumpulan, untuk membahas masalah kepergian kami ke pantai, dan aku benar-benar menyesal sudah datang ke sini!! Aku takut. Entah kenapa aku takut. Melihat senyumnya, melihat matanya, dan gerak geriknya. Bagaimana ini? Aku terus saja menunduk.
“Ga. Ikut, kan? Yang ngumpul di sini harus ikut, lho!” Yuya membujukku. Aku menatapnya. Lama. Kemudian mengangguk perlahan. Yuya bersorak. Aku tahu dia senang, seharusnya aku pun begitu.
“Ga, nanti kalau sudah sampai sana, kita berenang puas-puas,ya,” Lila menatapku. Aku mengangguk kecil. Kemudian, kulihat sepasang mata itu. Menatapku diam. Aku reflek membuang muka.
“Aku pulang duluan,” Kataku pamit. Aku menghela napas, meninggalkan tatapan itu di belakang. Aku takut. Bagaimana ini? Bagaimana jika aku jadi berharap karena tatapannya itu?
***
Ban motorku kempes. Sialan!! Mana enak aku kembali ke dalam. Bikin malu. Sepertinya motor ini harus ku diamkan di sini.
“Kenapa?”
Deg! Kenapa dia bisa ada di sini?
“Kenapa masih di sini?”
Aku diam, menatap ban motorku.
“Kempes? Biar aku pinjamin pompa ke Pak Udin!”
Bukannya mengangguk, aku malah pergi meninggalkannya. Meninggalkan orang yang kusukai. Membiarkannya menatap punggungku heran. Aku berlari. Kencang. Ke arah rumah Pak Udin, salah satu guru SMA-ku yang tinggal di dekat sekolah.
***
Aku memompa sendirian. Saat aku kembali, dia sudah tidak ada. Untungnya dia tidak memanggil teman lain. Aku sendirian. Sepi. Aku takut. Kenapa aku begitu takut menatapnya? Dia yang selalu bersamaku dulu, tapi kenapa sekarang aku jadi begitu takut?
Aku terduduk berlutut. Memeluk lututku sendiri, dan menelungkup. Aku menyedihkan sekali. Aku menyukainya. Menyukainya yang sama sekali tak pernah menyukaiku. Aku bertepuk sebelah tangan. Aku, aku benar benar merasa sakit. Menatapnya pun aku tak bisa, bahkan sebagai teman kecil atau tetanggapun aku tak bisa. Bagaimana ini? Aku menangis. Bagaimana kalau ada yang melihat? Aku harus cepat-cepat pergi!
***
Sebenarnya untuk apa aku datang ke sini? Apa hanya untuk melihat teman-temanku bersenang-senang?
“Ga! Ayo berenang!” Lila dan KIki melambai-lambai dari bibir pantai. Aku menggeleng sambil tersenyum. Biarlah aku di sini. Berjemur di bawah matahari. Aku melihatnya. Tertawa, bicara, tersenyum, bercanda. Sama seperti waktu kami SD dulu. Setiap hari selalu bersama.
Tapi sekarang, pemandangan itu tak sejelas dulu lagi. Aku melihatnya, semakin hari semakin memudar. Dia semakin jauh dariku. Aku ingin kembali seperti dulu. Kalau saja Lila tak datang. Kalau saja Lila tak merebutnya. Tapi ini bukan salahnya. Tak ada yang salah. Aku tahu itu. Aku hanya marah. Pada diriku. Pada nasibku. Dia, semakin menjauh dariku. Gawat!! Mataku berair! Harus cepat di hapus.
***
“Kenapa?” Suara itu membuatku tak kuasa untuk bertahan. Sakiit!! Tolong hentikan! Jangan tatap aku seperti itu!
“Kenapa menghindar?”
“…”
“Kenapa tak pernah menatapku? Kenapa tak pernah membalas tatapanku?”
“…”
Cukup!! Jangan teruskan! Kalau di teruskan, aku bisa kelepasan ngomong!
“Kenapa selalu membelakangiku?”
“…”
Aku benar-benar tak sanggup. Segera kutinggalkan dia. Aku berlari meninggalkannya. Lagi- lagi kutinggalkan dia. Lagi-lagi kubelakangi dia. Maaf… Maafkan aku… Sakit ini, sesak ini… Aku benar-benar tersiksa…

Tidak ada komentar: